BERITA

Caleg Bicara Toleransi | Harjono Padmono Putro: Pelaku Intolerasi Pendidikannya Rendah

Pendidikan yang baik membuat masyarakat bisa memahami toleransi. Jadi tidak fanatik sempit.

AUTHOR / Antonius Eko

Caleg Bicara Toleransi | Harjono Padmono Putro: Pelaku Intolerasi Pendidikannya Rendah
caleg toleransi, harjono padmono putro, PKB

KBR68H, Jakarta - Kasus intoleransi yang marak terjadi di Indonesia salah satunya dipicu oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, sehingga mereka mudah diprovokasi. 


Calon anggota legislatif dari Partai Bulan Bintang (PBB) Harjono Padmono Putro menilai kekerasan terhadap kelompok minoritas terjadi karena masyarakat kurang paham terhadap toleransi. Katanya, akar toleransi ada di pendidikan. Pendidikan yang tinggi dan baik membuat masyarakat bisa memahami toleransi. Jadi tidak fanatik sempit. 


“Toleransi adalah suatu konsep untuk memahami dan saling menghormati hak orang lain. Konsep ini tak hanya di bidang agama, tapi juga kehidupan sosial bermasyarakat. Toleransi itu harus mengakar dan masuk ke seluruh bidang kehidupan.” 


Harjono menambahkan, kasus intoleransi yang dialami warga Ahmadiyah terjadi  karena dua faktor. Yang pertama, tidak adanya ketegasan dari pemerintah terhadap aliran agama tertentu. Pemerintah sudah memiliki undang-undang yang sudah baku dan itu harus diterapkan.


“Kedua, masyarakat kita memang perlu lebih didewasakan di dalam pendidikan sehingga pola pikirnya jauh lebih baik. Artinya, dengan adanya pendidikan yang lebih baik maka ulama-ulama dan tokoh masyarakat bisa mengarahkan warganya agar lebih bijaksana dalam menyikapi perbedaan.” 


“Kekerasan terjadi karena masih rendahnya pendidikan, itu sudah pasti. Pendidikan itu faktor paling penting. Kalau dilihat rasio antara jumlah pendidikan tinggi dengan yang menegah dan dasar, jaraknya terlalu jauh,” tambahnya. 


Data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  mengungkapkan rasio penduduk yang duduk di bangku perguruan tinggi di Indonesia masih rendah. 


Rasio yang tertuang dalam angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi di Indonesia hanya mencapai 17,28 persen. Nilai ini berarti di Indonesia ada 25,3 juta warga berumur 19-24 tahun, namun hanya 4,3 juta yang mengikuti pendidikan tinggi.


Caleg DPR RI dari daerah pemilihan Yogyakarta ini berjanji akan menggratiskan pendidikan dari tingkat dasar sampai menengah. Serta lebih menekankan pada pendidikan etika dan moral. 


“Tidak hanya pendidikan yang eksak. Karena bangsa kita membutuhkan pola pendidikan moral, yang sudah sudah semakin tak terdengar. Kekerasan dan keributan antarwarga adalah wujud dari pendidikan Indonesia yang belum sukses.” 


Harjono berpendapat, Undang-undang pendidikan, terutama UU No.20 tahun 2012 masih belum mengedepankan segi etika dan moral. 


“Sekarang pendidikan kita lebih melihat pada nilai mata pelajaran, yang selalu dijadikan acuan untuk bisa melangkah ke jenjang berikutnya. Tapi nilai-nilai moral dan etika belum ada di undang-undang itu. Anak-anak Indonesia sebetulnya lebih membutuhkan pendidikan moral.” 


Tulisan ini adalah bagian dari serial #calegbicaratoleransi yang dihadirkan PortalKBR untuk membantu masyarakat mengenal calon anggota legistlatif yang maju dalam Pemilu 2014 April mendatang. Isu toleransi kami pilih mengingat Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan perbedaan dan sudah sepatutnya para caleg sadar akan kekayaan ini. Caleg DPR RI dipilih secara acak – baik nama, partai maupun daerah pemilihannya. Ikuti juga Kenali Caleg yang membantu Anda memilih satu dari 6607 caleg yang maju di Pemilu 2014.





Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!